suatu waktu, dimana aku berjalan di kota itu.
sepi hingga ada kau, gadis sepantaranku.
menyapaku, dan bermain denganku.
bermain, bernyanyi.
tapi aku bisu, tak bisa bernyanyi.
hanya bisa mengeluarkan suara bak batu yang di kocok dalam botol kaca.
dan suaramu bagai gelas gelas yang berdenting ber irama.
kita yang begitu jauh, dan aku yang menyukaimu.
aku hanya bisa menulis, dan sedikit berkhayal.
entah apa, tapi di kota ini hanya ada kita berdua, anak anak yang berbahagia.
jangan tanya dimana bocah bocah lainya, semua sudah beranjak dewasa.
kecuali aku dan dirimu, kuharap begitu.
kau ajak aku bermain di depan rumahmu, aku tak tahu apa tujuannya.
kita bermain seperti biasa, dan jendela itu mengawasi kita.
ku tanya mereka siapa, dan kau jawab orang tuamu.
kau tanya apakah aku punya, dan ku jawab aku sebatang kara.
datang mereka yang ada di balik jendela, berkata padaku.
"ia akan jadi dewasa dan kau tak pantas bersamanya"
aku menarik mereka yang memaksa gadis itu masuk ke rumahya.
aku di hempasnya dan gadis itu kini ada dijendela.
aku tak menangis, hanya kesepian.
aku tak menangis, hanya menulis.
tak ada airmata, hanya makian.
tak ada airmata, hanya pandangan.
waktu berlalu dan gadis itu aku tunggu,
di jendela dengan perawakan berbeda dengan mata yang sama.
ia tersenyum, aku tersenyum.
"Bernyanyilah" tulisku, ia menggeleng dan tersenyum pada ku.
waktu berlalu dan gadis itu ku tunggu,
di jendela dengan mata yang masih sama.
ia tersenyum, aku kesepian.
"kenapa tak bernyanyi?" tulisku, dan dia menangis.
aku pergi, menyerah? tidak, hanya berfikir.
aku berjalan, berdehem, nada nada yang gadis itu nyanyikan,
mungkin gadis itu lupa jadi harus ku ingatkan.
nada itu, lagu itu, hanya melody.
aku datang , dan dia ada dengan senyum.
aku buka mulutku berharap melody yang sama, mengingatkannya.
aku buka mulutku berharap ia mengingatnya.
ia bukan tersenyum, ia menangis dengan senyum.
suaraku masih sama, bak batu dalam botol kaca.
ia pergi, aku putus asa.
ia kembali, dengan botol di dalamnya dengan wajah yang sedih.
ia buka jendela itu, dan melemparnya.
botol kaca yang tak ber isi air, kulihat dirinya.
"minumlah" katanya dengan bibir yang tanpa suara.
ku minum, dan entah air apa ini yang membuatku menangis tersedu sedu.
"ah,kenapa?" kata ku dengan suara yang sama dengan gadis itu dulu.
gadi itu tersenyum, lalu jatuh.
aku tak bisa melihat dari sini, muangkin tertidur.
aku bernyanyi nada nada yang sama dengannya.
ia tak terlihat, aku menyesal.
pepohonan..
hai semua pa kabar??
met dteng di blogku~~
nih blog bwat ak ndongeng, n mencurahkan semua pendapatku tentang apa yang ada disekitarku.
jadi maklum kalo ceritanya aneh2.
hehe,maksih kalo ada yg baca, makasih jga kal cma lewat...
Tapi, meski begitu saya harap kalian meninggalkan jejak kalian OKE??
thanks all...
~Jati.R~
Mado -garasu no koe-
Mado ~garasu~
"tok tok tok"
ah, lagi lagi gadis itu.
kembali mencoba mengetuk jendela untuk entah yang keberapa.
"tok tok tok"
ah, terlihat senyuman dari gadis itu di balik jendela.
tapi terasa berbeda,
terasa lebih hangat.
lalu samar samar ku lihat gadis itu berjalan pergi.
ku pikir ia akan melanjutkan pekerjaannya tapi ternyata tidak.
gadis itu pergi ke sebuah rumah yang sederhana,
di mana sebuah jendela yang tertutup di ketuknya.
sesosok bayangan denga senyum hangat menyambut gadis itu,
gadis itu pun tersenyum dengan riang.
tiba tiba aku merasa sepi.
Mado
padahal bukan suatu kewajiban,
bukan suatu keharusan,
tapi dia selalu melakukan hal "itu".
seakan itu kewajibanya.
berjalan melakukan rutinitas,
seiring dengan waktu,
sibuk sekalipun.
ia selalu melakukan "itu".
tidak pernah bosan dan lupa.
mungkin dia bosan menunggu maka ia melakukan"nya".
atau ia hanya iseng belaka?
hal"itu" adlah mengetuk jendela dan sesekali melihat kedalamnya.
lalu sambil tersenyum ia pergi kembali melakukan rutinitas.
selalu jendela yang sama.
meski mungkin rumah itu kosong.
tapi ia selalu melakukannya,
sekalipun tak ada jawaban, sekalipun tak ada tanggapan.
suatu hari ia mengintip dalam jendela.
meski tertutup gorden dan hanya ruang gelap didalamnya.
apa yang sebenarnya ia ingin tahukan?